Belajar Jurnalistik, 50 Pelajar dari SMA/SMK dan MA Antusias Ikuti Pelatihan di USM
SEMARANG – Sebanyak 50 pelajar dan mahasiswa mengikuti Pelatihan Jurnalistik yang digelar oleh Universitas Semarang (USM) di Ruang Seminar Modern Gedung Menara USM Prof Dr Muladi SH, Sabtu (14/12).
Kegiatan yang dibuka oleh Direktur USM TV Saiful Hadi MKom diikuti peserta dari berbagai delegasiSMA/SMK/MA antara lain SMA 11, SMK 1, SMK 4, SMK 6, SMK Terang Bangsa, MAN 1 Kota Semarang, KSR USM, LPM Optimuz, dan KSR Markas PMI Kota Semarang.
Dalam kesempatan itu, peserta dibekali pengetahuan terkait kode etik jurnalistik, penulisan berita straight news, dan news feature.
Saiful Hadi yang juga menjabat Pemred Warta USM menjelaskan, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada peserta tentang dasar-dasar menjadi seorang jurnalis.
“Kode etik jurnalistik penting diketahui agar pelajar mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan wartawan. Pelatihan ini diharapkan agar pelajar dan mahasiswa mampu memperdalam ilmu jurnalistik yang berpegang teguh pada kode etik,” ungkap Saiful.
Dalam pelatihan ini, panitia menghadirkan Kepala Biro Semarang Suara Merdeka Rony Yuwono dan wartawan Tempo yang juga alumnus USM Jamal Abdul Nashir.
Dalam paparannya Rony mengatakan bahwa jurnalistik merupakan proses kegiatan mulai dari penyiapan materi, menulis berita, penyuntingan, hingga penyampaian berita kepada khalayak melalui media massa cetak atau online.
Selain menyampaikan materi tentang bagaimana menulis berita yang baik, Rony juga mengulas tentang kode etik dan teknik peliputan pada Straight News.
“Berita straight news yang baik ditulis secara runtut, menggunakan piramida terbalik, hal-hal penting ditulis pada paragraf pertama, dilengkapi pernyataan pihak terkait (narasumber) yang lengkap. Selain itu, informasi harus berimbang jika berita berisi pertentangan dua pihak,” ungkap Rony.
Dikatakan, seorang jurnalis wajib mematuhi kode etik sebagai rambu-rambu etika yang harus diperhatikan ketika menulis berita. Menurut dia, masih ada jurnalis yang tidak profesional dan menyalahgunakan profesi.
“Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Hal ini perlu digarisbawahi dan diterapkan untuk menjadi jurnalis yang profesional,” tegasnya.