UPNS Konseling Mahasiswa dan PPKS USM Gelar Sosialisasi Hasil Survei Kesehatan Mental dan Perilaku Seksual Mahasiswa
SEMARANG – Unit Pengelola Non Struktural (UPNS) Konseling Mahasiswa dan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Semarang (USM) menggelar sosialisasi hasil survei kesehatan mental dan perilaku seksual mahasiswa tahun 2022-2023, pada Kamis (26/10/2023) di Ruang Seminar, Gedung Menara USM.
Lebih lanjut, dalam wawancarannya Ketua Satuan Tugas (Satgas) Konseling Mahasiswa USM, Feti Pratiwi SPsi MSi mengatakan hasil survei tentang kesehatan mental mahasiswa perlu dicermati oleh para pengelola di progam studi ataupun di fakultas berkaitan dengan kesehatan mental mahasiswa ini karena kesehatan mental mahasiswa adalah hal yang penting.
“Pada kesempatan kali ini saya memaparkan hasil survey dari kesehatan mental pada mahasiswa khususnya ditahun 2022/2023, dari hasil survey tersebut terdapat beberapa hasil yang bisa dicermati oleh para pengelola di progam studi ataupun di fakultas berkaitan dengan kesehatan mental mahasiswa ini karena kesehatan mental mahasiswa itu penting, karena ketika mahasiswa ini memiliki mental yang sehat dia akan bisa menjalankan proses akademik di kampus itu dengan baik dan hasilnya juga akan baik,” ucapnya.
“Sehingga diharapkan nanti bisa misalkan lulus tepat waktu dan lain sebagainya seperti itu. Dari data juga ditemukan bahwa ada sekitar 25% yang dimana mahasiswa itu ada pemikiran untuk keinginan bunuh diri, sehingga itu hal yang perlu kami cermati secara betul bagaimana untuk menjaga agar tidak terjadi kasus bunuh diri, data ini juga akan kami kirim ke pengelola fakultas,” lanjutnya.
Kemudian Ketua Satgas Kesehatan Mental USM tersebut menambahkan, sebagai layanan penyedia konseling menyediakan layanan bagi mahasiswa yang memiliki masalah kesehatan mental atau kesehatan psikologis, yang bisa mendaftar melalui website Kemahasiswaan USM.
Sementara itu, Ketua Satgas PPKS, Helen intania S SH MH mengatakan pemahaman tentang kekerasan seksual harus dipahami oleh semua pihak baik dosen maupun mahasiswa, agar tercipta tercipta lingkungan kampus yang aman dan nyaman.
“Dari hasil survei yang kita lakukan secara singkat itu dari 117 mahasiswa memang kondisi pengetahuan mahasiswa tentang kekerasan seksualnya itu bagus tapi tidak menutup kemungkinan nanti mungkin ada peristiwa yang bisa berpotensi mereka menerima kekerasan seksual,” ucapnya.
“Harapannya ketika mereka sudah paham apa itu kekerasan seksual baik dari dosen maupun mahasiswa mereka bisa melakukan pencegahan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak menjurus ke arah kekerasan seksual, jadi pencegahannya dilakukan dari mereka sendiri dari diri sendiri kemudian mereka bisa menularkan ke orang lain dan akhirnya tercipta lingkungan kampus yang aman dan nyaman buat mereka untuk bisa melanjutkan kuliah,”lanjutnya.