Back

USM Jadi Tuan Rumah Dialog Rektor Pada Peringatan Hari Pers Nasional 2024

SEMARANG – Universitas Semarang (USM) menjadi tuan rumah dalam acara “Dialog  Rektor” dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional dan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ke – 78, pada Rabu, 07 Februari 2024, di Auditorium Ir. Widjatmoko USM.

Lebih lanjut, dialog rektor pada acara ini mengusung tema “Memilih Pemimpin Dengan Bertanggung Jawab”, adapun rektor yang menjadi narasumber dalam acara tersebut adalah Rektor USM, Dr Supari ST MT, Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Prof Dr KH Mudzakir Ali MA, dan Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) yang diwakilkan oleh Wakil Rektor II Udinus Dr Guruh Fajar Shidik SKom MCs.

Kemudian hadir dalam acara ini, Ketua Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro, Prof Sudharto P Hadi, MES PhD, Anggota Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro, Ir Soeharsojo IPU, Ketua Pengurus Yayasan Alumni Universitas Diponegoro, Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM, Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS, dan Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Bangsa Provinsi Jateng, Muslichah Setiasih SIP MMG MEng.

Dalam sambutannya, Prof Sudharto menegaskan pentingnya dialog dalam situasi menjelang pemilihan umum dan legislatif. Dia menyoroti peran kritis para rektor sebagai simbol pemimpin intelektual yang diharapkan memberikan pandangan yang tidak bias. “Saya mengungkapkan pentingnya dialog pada acara ini, terutama di tengah situasi menjelang pemilihan umum dan legislatif.”ucapnya.

Prof Sudharto juga menyoroti peran penting para rektor sebagai simbol pemimpinan intelektual. “Para rektor diharapkan dapat memberikan pandangan yang tidak partisan,” tambahnya.

Dia menekankan bahwa tugas perguruan tinggi tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar, tetapi juga harus peduli pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. “Seorang pemimpin haruslah kompeten secara substansial dan memiliki moral serta integritas yang tinggi,” ujarnya.

Prof Sudharto berharap agar dialog tersebut dapat menghasilkan solusi-solusi yang bermanfaat bagi bangsa. “Saya mengingatkan para peserta agar tetap berpikir kritis dan mempertimbangkan kesimpulan yang dapat ditarik dari diskusi ini,” pungkasnya.

Dalam kesempatannya yang sama, Kabid Ketahanan Bangsa Provinsi Jateng menyatakan kebanggaannya atas kehadiran Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah di tengah wartawan dan akademisi di kampus. Dia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan media massa dalam kesuksesan pembangunan. Kabid Ketahanan Bangsa Provinsi Jateng menggarisbawahi keberadaan empat elemen utama, yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, dan media massa, yang merupakan inti dari konsep Penta Helix.

“Dalam kesempatan ini, merupakan kebanggaan bagi kami Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah berada di tengah-tengah kawan-kawan wartawan dan juga akademisi di kampus untuk kemudian kita berkolaborasi memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa ini,” kata Kabid Ketahanan Bangsa Provinsi Jateng. “Kita tahu bahwa pemerintahan atau pembangunan itu akan sukses terselenggara jika ada elemen penta Helix yaitu unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dan juga media massa,” ucapnya saat membuka acara tersebut.

“Di ruangan ini paling tidak ada unsur pemerintah, media massa, dan juga akademisi terpenuhi, sehingga ruangan ini cukup presentatif untuk membuat suatu rekomendasi yang berharga bagi bangsa ini, dikaitkan dengan momen hajatan kita seminggu lagi suksesnya pemilu,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua PWI Jateng mengungkapkan, penting untuk memahami bahwa netralitas media dan wartawan bukanlah konsep yang dapat dijawab dengan satu rumusan tegas, tetapi lebih merupakan sikap berpihak kepada kepentingan publik sesuai dengan amanat Undang-Undang Pers.

“Dalam persiapannya untuk kontestasi politik dan peringatan Hari Pers Nasional, saya selalu mencatat pertanyaan yang seringkali stereotip tentang netralitas media, wartawan, dan organisasi. Saya tegaskan bahwa masalah netralitas ini selalu kompleks dan tidak pernah memiliki jawaban yang pasti karena tergantung pada konteks massa, peristiwa, dan zaman,” ungkapnya.

“Namun, yang jelas, Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 menegaskan pentingnya sikap berpihak kepada publik dalam empat fungsi media: memberi informasi, edukasi, hiburan, dan menjalankan fungsi kontrol sosial,” tambahnya.

Dialog Rektor

Dalam dialognya, Rektor USM menyampaikan pandangannya bahwa pemilih yang bertanggung jawab adalah mereka yang memilih dengan pertimbangan cinta untuk Indonesia. Menurutnya, walaupun ada cinta pada partai atau individu, yang terpenting adalah cinta pada negara. Rektor menegaskan bahwa dalam memilih, kita harus mempertimbangkan semua aspek, termasuk konsekuensi dari pilihan yang kita buat. Dia mengingatkan bahwa cinta memiliki tingkatan, dan pesannya adalah untuk tidak terlalu terpengaruh oleh emosi dalam memilih.

“Dalam pandangan saya, pemilih yang bertanggung jawab adalah mereka yang memilih dengan pertimbangan cinta untuk Indonesia. Walaupun ada cinta pada partai atau individu, yang terpenting adalah cinta pada negara,” ujarnya.

“Ketika kita memilih, kita harus mempertimbangkan segala aspek, termasuk konsekuensi dari pilihan yang kita buat, saya ingin mengingatkan bahwa cinta memiliki tingkatan, dan saya ingin menyampaikan pesan agar kita tidak terlalu terpengaruh oleh emosi dalam memilih,” tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rektor Unwahas, Dia menegaskan pentingnya cinta Indonesia sebagai landasan utama dalam memilih. Dia mengingatkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan kita harus menjaga tanah air sebaik mungkin sebagai bentuk cinta kita pada negara. Rektor juga menekankan bahwa dalam memilih, kita harus bijaksana dan tidak terpengaruh emosi ekstrem. Pesannya adalah untuk mencintai dan membenci dengan proporsi yang tepat, karena dalam hidup, situasi bisa berubah dan orang yang kita cintai hari ini bisa menjadi musuh kita esok hari, dan sebaliknya.

“Dalam pandangan saya, yang pertama-tama yang harus kita upayakan adalah cinta Indonesia, jadi bagaimana pemilu ini untuk keberhasilan kesuksesan Indonesia dalam bahasa ulama Nusantara atau para pendiri kita adalah hubbul Wathon minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman. Maka bukti cinta kita pada tanah air tentu harus menjaga tanah air sebaik-baiknya, termasuk cinta tanah air itu sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II Udinus mengemukakan pandangannya tentang pentingnya partisipasi pemilih dalam demokrasi. Dia menggunakan analogi organ tubuh manusia untuk menggambarkan demokrasi sebagai otak badan negara, di mana setiap pemilih adalah sel saraf yang memberikan sumbangsih penting terhadap kinerja demokrasi. Namun, jika ada sel saraf yang tidak aktif, hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada sistem dan menurunkan efektivitas demokrasi. Dia mengingatkan pentingnya setiap pemilih untuk aktif menggunakan hak pilihnya agar demokrasi dapat berfungsi dengan baik dan optimal.

“Dalam konteks ini, saya melihat pemilihan umum sebagai lebih dari sekadar pesta demokrasi. Saya menganggapnya sebagai fondasi bagi negara, di mana demokrasi menjadi otak yang menggerakkan segala aspek kehidupan,” tambahnya. “Setiap pemilih merupakan bagian penting dari sistem, seperti sel saraf dalam tubuh manusia, yang memiliki sumbangan besar terhadap keberlangsungan demokrasi,” jelasnya.