Back

Tim PkM FPSI USM – HIMPAUDI Beri Pelatihan Curiosity Base Learning Program

SEMARANG – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Psikologi Universitas Semarang (FPSI USM) bekerjasama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Kota Semarang, memberi pelatihan “Curiosity Base Learning Program guna Meningkatkan Stimulasi Belajar Anak Usia Dini” kepada 40 Pendidik PAUD se Kota Semarang pada Jumat (3/6) di Balai Kecamatan Candisari, Semarang.

Tim PkM FPSI USM diketuai oleh Sri Widyawati SPsi MSi Psikolog, dan beranggotakan Anna Dian Savitri SPsi MSi Psikolog, Purwaningtyastuti SPsi MSi Psikolog, dan Markus Nanang Irawan BS SPsi MPsi Psikolog, dan dibantu mahasiswa Saifudin dan Zila.

Sri Widyawati yang menyampaikan, curiosity adalah keinginan yang kuat untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu, dimana rasa ingin tahu tersebut telah dibawa sejak bayi dilahirkan.

“Orang tua tidak perlu memaksakan rasa ingin tahu pada anak, biarkan berjalan secara alami, orang tua hanya memastikan bahwa rasa ingin tahu anak selalu terjaga. Pendidik bagi anak usia dini perlu disiapkan sejak awal, dari orang dewasa, teman, dan lingkungan fisik,” ujar Sri.

Menurut Ketua PkM FPSI USM tersebut, dalam memberikan stimulasi pada anak usia dini perlu diperhatikan agar dosisnya tepat.

Kemudian, Ketua HIMPAUDI Wilayah Kota Semarang Bunda Evi Trisnawati SPd, menambahkan bahwa HIIMPAUDI Kota Semarang menyambut gembira kegiatan pengabdian yang berupa pelatihan ini karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan pendidik.

Sementara itu, Anna Dian Savitri menyampaikan tentang karakteristik tumbuh kembang anak usia dini harus diperhatikan dari segala aspek, baik secara fisik, psikologis, ataupun kognitif.

“Pada anak usia dini, secara langsung maupun tidak langsung, minat belajar juga akan sangat membantu proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologis, ataupun kognitif. Kenyataannya minat belajar anak seringkali naik turun sehingga harus mendapatkan stimulasi atau rangsangan yang tepat agar anak dapat belajar secara tepat sesuai dengan pola perkembangan dan pertumbuhannya,” ungkap Anna.

“Perlunya stimulan yang tepat inilah yang kemudian menjadi salah satu tantangan baik bagi pendidik maupun orangtua,” tandasnya